Aku yakin, semua orang pengen menjadi lebih baik, dalam segala hal. Dalam perkembangan diri, pergaulan, karir, maupun taraf hidupnya. Dari semua persamaan itu, ada orang yang sukses memberikan perubahan eksponensial dalam hidupnya, dan ada orang yang santai menjalani bagai air mengalir.
Sebagian orang mungkin ga tau sama sekali mau melakukan apa dalam hidupnya, let it flow aja. Ga ada perubahan spesifik yang diijadikan target dalam hidup. Mungkin Sebagian lainnya tau apa yang mereka mau, tapi ga tau gimana cara mencapainya. Dan sebagian yg lain tau apa yang mereka mau, punya banyak impian, mungkin tau cara mencapainya, tapi ga punya cukup will power untuk konsisten dan persisten? Dan mungkin hanya sedikit orang yang mau melakukan lebih hal-hal yang pada umumnya orang lain ga lakukan dan sukses memberikan perubahan signifikan dalam hidup.
Dan disinilah aku belajar, gimana orang-orang sukses mendapatkan keberuntungan, peluang dan akhirnya berhasil mewujudkan kesuksesannya.
Our goals can only be reached through a vehicle of a plan, in which we must fervently believe, and upon which we must vigorously act. There is no other route to success.
Pablo Picasso
WHY WE ALWAYS FAILED ON ACHIEVING GOALS/NEW YEARS RESOLUTION
Apa sih sumber kegagalan dalam Goal Setting, ambisi dan mimpi yang kita miliki?
Apakah karena ga cukup beruntung, kondisi yang ga memungkinkan, ga cukup dapat support yang dibutuhkan, jadi ga ada sesuatu yang dapat kita lakukan?
Apakah karena ga berbakat? Ga cukup pintar dan ga punya cukup strategi? Seandainya punya cukup strategi dan pengalaman yang lebih beragam mungkin akan membantu kita untuk mencapai apa yang kita inginkan?
Hipotesis awal dari banyaknya permasalahan, perjuangan dan kegagalan dalam mewujudkan impian salah satunya adalah apa yang kita pikirkan seringkali ga sejalan dengan apa yang kita rasakan.
Ada yang pernah bilang, punya mimpi jangan ketinggian. Karena pada umumnya orang akan berpikir, mimpi yang terlalu tinggi terlihat tidak realistis. Hal ini juga yang mungkin menyebabkan banyak orang yg punya mimpi besar – ragu dan tidak yakin mimpinya tercapai, akhirnya harus kecewa dan meng-amini pendapat umum tersebut.
Tapi ada juga sekelompok orang yang berpikir bahwa semua mimpi, bahkan mimpi yang dinilai terlalu besar-pun mungkin untuk dicapai. Apabila itu belum tercapai, mereka percaya bahwa hanya waktu yang tidak sesuai dengan timeline yang dipikirkan sebelumnya (lebih lama dari yang diperkirakan). Mental model (belief system) seperti ini lah yang membuat orang-orang tersebut bertahan dan bangkit dari kegagalan untuk selalu mencoba lagi. Tidak banyak yang mau bersusah-susah, sehingga memang ga banyak yang meraih sukses.
Guru saya, Hingdranata Nikolay, pernah bilang rutinitas manusia punya penjaga ketat kemalasan yang bernama alam bawah sadar (subconscious mind). Untuk semua perubahan yang kita niatkan, butuh kesadaran dan usaha untuk membuatnya terjadi secara sadar sebelum akhirnya menjadi bagian dari rutinitas. And this extra work yang ga banyak orang mau melakukan.
Seandainya diberikan pilihan menghasilkan uang dengan bekerja atau rebahan aja, pasti banyak yg mau rebahan aja. Klo disuruh milih antara belajar untuk bisa upgrade diri atau main hp atau nonton Netflix, pasti akan lebih gampang untuk main hp atau nonton Netflix kan? Karena sifat dasarnya manusia pengen dapet reward secara instan, ga perlu bersusah-susah.
Dan untuk merubah sifat alamiah yang semua manusia punya, maka kita harus pahami bahwa ada beberapa baseline yang kita jadikan acuan. Baseline ini kita butuhkan untuk memantain energi dengan arah fokus yg tepat sesuai kebutuhan. Ibarat computer, otak manusia mampu untuk melakukan apapun, termasuk multi task. Namun apabila digunakan untuk beberapa task yang ga menunjang pastinya energinya akan terbuang percuma.
Sama halnya dengan energi di tubuh kita, perlu di maintain untuk bisa di arahkan ke hal-hal yang berdampak dengan perubahan yang kita inginkan. Karena meskipun potensi otak manusia tidak terbatas, reservasi energi untuk bisa digunakan dalam satu waktu sifatnya sangat terbatas.
GAP ANTARA GOAL & KONDISI SAAT INI
Selalu ada gap antara kondisi ideal yang kita harapkan dengan kondisi saat ini, entah gap di pengetahuan, skill/kemampuan, prinsip, rutinitas, atau Tindakan yang kita miliki masih kurang mumpuni untuk level perubahan yang kita inginkan.

Dengan melakukan Analisa antara 2 titik dalam hidup, current state of life dengan desired state of life, kita mendapatkan pemahaman problem yang saat ini kita hadapi dan apa kiranya action plan yang harus kita ambil yang akan memberikan impact yang lebih besar.
Dari sini, kita sudah bisa mengukur seberapa jauh gap yang harus kita isi, dan bagaimana kita bisa menemukan resource untuk mengisi gap tersebut. List hal apa saja yang harus kita isi, bagaimana cara kita mengejar ketinggalan, adakah orang/mentor/guru/komunitas yang dapat membantu kita, berapa sering intensitas yang harus kita ulang untuk membuat suatu keahlian terakselerasi, bagaimana kita bisa menemukan network yang tepat untuk membantu.
Setelah kita tahu gap yang harus kita isi, pertanyaan berikutnya adalah bagaimana kita bisa terus termotivasi untuk mencapai versi diri yang kita inginkan?
MOTIVASI & ACTION
Banyak orang yang mengelu-elukan motivasi sebagai kunci untuk mencapai kesuksesan dan kepastian untuk menghadirkan masa depan yang kita mau. Sementara daya gempur motivasi ini sebenernya berlakunya jangka pendek. Stamina sesungguhnya adalah bagaimana you keep yourself on playing. Melakukan aktivitas yang dibutuhkan selama periode dan jangka waktu yang Panjang untuk memastikan adanya exponential improvement. Action.. action and action!
And yet ga banyak orang yang willing to take more action and making improvement. Karena impian kadang ga sesuai dengan realita. Mo taraf hidup meningkat tapi males belajar dan merasa Lelah kerja extra hour. Pengen kurus tapi berat Latihan di gym dan berat nahan napsu makan. Pengen bisa jadi lulusan terbaik tapi males belajar.
Motivasi bagus untuk memicu Tindakan awal, atau dapat digunakan untuk meningkatkan willpower saat lemah setelah mengalami kegagalan, atau saat jenuh dengan rutinitas dan butuh mengingat Kembali kenapa alasan memulai sebuah Tindakan. Namun kita ga bisa menunggu motivasi untuk memulai sesuatu, karena faktanya jika Tindakan telah berjalan, motivasi akan muncul dengan sendirinya.
![]() | ![]() | ![]() |
Motivasi tanpa action | Motivasi di maintain dengan continuous action/habit | Motivasi untuk bangkit dari kegagalan |
We are what we repeatedly do. Excellence, therefore,is not an act but a habit.
Aristotle.
Bagaimana mengetahui motivasi kamu? Bisa mulai dengan mengajukan pertanyaan seperti:
- Mengapa (hal yang diinginkan terjadi) penting untuk aku?
- Mengapa (jawaban nomer 1) penting untuk aku?
- Perasaan apa yang akan terjadi jika (hal yang diinginkan) tidak tercapai?
Ini adalah 3 pertanyaan dasar yang bis akita ajukan ke dalam diri untuk mengetahui seberapa besar dan dalam motivasi yang kita miliki. Teknik bertanya yang dipakai dinamakan chunking up, dalam NLP. Jawaban diharapkan adalah sesuatu yang mempengaruhi belief system kita. Apabila “The Why” nya kuat, motivasi ini akan menjadi sumber tenaga pendorong yang dapat kita gunakan along the process mencapai impian yang kita mau.
Namun, seperti yang sudah aku share sebelumnya. No matter great your motivation is, ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang gagal atau tak kunjung mengambil action :
- Level Percaya diri yang rendah karena ekspektasi terhadap kesuksesan juga rendah
- Social desireabilty bias. Keinginan eksternal yang mempengaruhi internal kita, hal ini mempengaruhi belief dan juga subconscious mind.
- Kapasitas mental yang rendah untuk mengesekusi action plan.
Disinilah kita harus paham cara otak bekerja untuk bisa mengarahkan fokus, dan maintain energy untuk cukup konsisten dengan action yang dibutuhkan dalam jangka Panjang.
MENGIKUTI CARA OTAK BEKERJA
Salah satu buku yang menarik membahas tentang cara kerja otak kita dalam memberikan judgement, mengambil keputusan dan mengambil action adalah Thinking Fast and Slow, karya Daniel Kahneman.

Behaviour manusia di tentukan dari 2 system yang bekerja :
System 1 (Fast Thinking) : kerjanya otomatis, cepat, menggunakan sedikit energi dan bersifat intuitif.
System 2 (Slow Thinking) : kerjanya menggunakan energi yang lebih besar, dan tidak perform baik untuk multi tasking, menggunakan logika, analisa dan diagnose, dan berperan besar dalam pengambilan keputusan.
Naturalnya, system 1 akan berperan 95% dalam kehidupan sementara system 2 hanya 5%. Banyak dari keputusan yang diambil system 2, berdasarkan informasi, pengalaman, kebiasaan, habit, emosi yang telah di rekam oleh system 1.
Namun, jika system 1 mengalami kesulitan, maka system 1 akan memanggil system 2 untuk melakukan tugasnya. Contoh : menyelesaikan perkalian atau menghitung statistic.
2 system ini membantu otak manusia untuk dapat menjalankan aktifitas secara efektif. Namun, otak kita naturalnya memilih cara untuk bisa menghemat energi. Dan mengandalkan system 1 untuk memberikan judgement, mengambil keputusan atau untuk mengambil Tindakan.
Masalahnya, jika system 1 kita terlalu banyak menyimpan informasi yang tidak bermanfaat, atau tidak cukup menyimpan informasi yang membantu mendorong kita untuk berubah dan take action. Maka kita harus rely on our system 2.
Dan untuk bisa sukses mengaktivasi system 2 dan menciptakan perubahan yang persisten dan konsisten, maka harus ada effort “secara sadar” di awal. Dan karena menggunakan system 2 artinya kita akan mengeluarkan sejumlah effort, dan sifat system 2 yang work best untuk single task, maka kita perlu memilih prioritas dan fokus pada beberapa hal saja, alih-alih mengerjakan semua hal dan menganggap semua penting dan prioritas.
Tujuan aktivasi dari system 2 adalah menciptakan kebiasaan baru dan menanam kebiasaan tersebut agar bisa berjalan di system 1, one step at a time, untuk build up new habit yang akan membuat kita dapat closing the gap antara kondisi saat ini dengan harapan kita di masa yang akan datang.
“We human beings are 42% more likely to achieve our goals if we simple write them down”
Dr. Gail Matthews.
Untuk mereserve energi, dan memastikan kita on track dengan progress untuk membuat lebih dekat dengan impian, maka dibutuhkan strategi goal setting yang efektif. Dan hal ini melibatkan kita secara aktif untuk menulis apa yang kita harapkan terjadi. Berikut adalah 3 Step Goal Setting yang saya dapatkan dari Masterclass NLP Bersama guru saya, Master Trainer NLP -Bapak Hingdranata Nikolay, dan telah beliau ijinkan untuk bisa di share di sini. Ga kerasa metode ini juga telah aktif saya gunakan 2 tahun terakhir. Thanks to this format, I am feeling i moving forward to my goals. Hope you can join his Masterclass every end of year to learn this.
3 STEP GOAL SETTING (BY HINGDRANATA NIKOLAY)
1. SET CONTEXT & PRIORITIZE
Dari sekian banyak keinginan di berbagai aspek kehidupan, konteks apa yang akan menjadi prioritas kamu tahun ini? Batasi top 3 prioritas yang paling penting.

2. SET GOAL
- Membuat Hit List di masing-masing konteks Prioritas. Hit List adalah goal yang ditetapkan di sebuah konteks. Contoh : pengen ada kemajuan di karir sebagai bankers. Maka hit list nya bisa saja : menambah sertifikasi untuk nambah keilmuwan dan meningkatkan expertise, menetapkan target untuk memperluas network atau memperluas database nasabah.
- Memilih 1 goal yang menjadi prioritas utama yang akan dicapai di sebuah konteks
- Tulis kapan kamu ingin hal ini tercapai?
- Tulis Nilai pencapaian tersebut bagi kamu
- Apa pentingnya buat kamu?
- Apa efek utama dari pencapaian ini?
- Apa yang akan berbeda pada hidup kamu?
- Apa yang akan terjadi klo kamu ga mencapainya?
- Apa yang menghambat sehingga sekarang kamu belum mencapai goal tsb?
- Apa yang perlu kamu atasi/hilangkan/kurangi/adakan/ tambahkan untuk mengatasi hambatan tsb?
3. ACTION
Apa top 3 misi utama kamu di tahun ini? List action yang mendukung goal yang telah diprioritaskan sebelumnya. dan ada baiknya jika ditambahkan dengan beberapa tulisan untuk mendukung optimism kamu :
- Alasan kamu pasti bisa mencapai goal ini?
- Apa yang menjadi sumber kecemasan atau ketakutan kamu? Kenapa part of yourself masi takut gagal?
- Apa yang perlu kamu allign (luruskan) agar misi ini lebih mudah terlaksana?
- Tulis kapan dan dimana Tindakan nyata akan kamu lakukan untuk mendukung optimism? List 3 tindakan.
- Tulis apa saja 3 Tindakan yang perlu kamu lakukan untuk menangkal kecemasan dan ketakutan? Nyatakan spesifik kapan dan dimana.
“Deciding in advance where and when you’re going to take special actions to reach your goal can actually 2X or 3X your chances for success”
Dr. Heidi Grant Halverson
Jadi untuk memastikan kamu ga hanya bikin goal setting tanpa ada kekuatan unntuk mencapainya, cek ulang : cukup clelar ga goals yang pengen kamu capai, cek & allign action plan dengan hal yang mendukung optimisme dan menurunkan level kecemasan/ketakutan goals yang ditetapkan ga tercapai. Have patience, and know the universe will bring you what you desire. Selamat mencoba!
Ilhams
Asli ilmu mahal ini nih, terima kasih kasih kak sharing ilmunya dan mengingatkan kembali akan resolusi tahun ini